Kamis, 02 Juni 2016

Masha Allah, Beginilah Seharusnya Mimpi Besar Seorang Muslim

Mimpi seorang muslim itu harapan sekaligus doa. Perhatikan coba doa kita tiap hari “Rabbana attina fidunya khasanah wa fil akhirati khasanah”, itu artinya kita menginginkan kebaikan di dunia dan juga di akhirat. Maka selalu menautkan mimpi besar kita kepada idraq sillah billah (kesadaran hubungan kita dengan Allah) menjadi penting dan kudu binti harus.


Boleh aja menginginkan sukses harta, tahta, keluarga, dunia, tetapi selalu bertanyalah pada dua hal “apakah keinginan itu tidak bertentangan dengan Islam?”, dan “apakah keinginan itu berdimensi akhirat atau nggak?”. Pertanyaan itulah yang akan mengarahkan kemana mimpi besar kita akan kita bawa.

Muhammad al-Fatih, yang mempunyai mimpi besar menaklukkan Konstantinopel. Al-Fatih yang hidup ratusan tahun setelah masa Rasulullah, tapi mimpi besarnya terinspirasi dari hadits Rasulullah Saw tentang penaklukan dua kota. Guru beliau Aa’ Syamsudin pun selalu mendengungkan tentang hadits itu ke telinga al-Fatih, bahwa dirinyalah sang penakluk itu. Maka al-Fatih pun melayakkan diri menjadi penakluk, mulai dari mengatur strategi, melatih pasukan unggulan, serta juga membina nafsiyah/kejiwaan beliau dan pasukannya. Hasilnya, pada tahun 1453 M, kota Konstantinopel yang saat itu jadi simbol peradaban Romawi Timur, takluk dibawah tangan seorang pemuda berumur 24 tahun.
.
Setiap orang pasti punya mimpi, dan bagi seorang muslim harus punya yang namanya mimpi besar. Sekali lagi, apapun mimpi besar kita arahkan pada dua dimensi, yakni dimensi dunianya mimpi besar kita harus bisa memberi kontribusi bagi orang-orang disekitar kita. Sementara dimensi ukhrowi dari mimpi besar kita adalah prestasi yang hanya kita persembahkan untuk Allah, hingga Allah berkenan memberikan Surga-Nya kepada kita.
.
Sudah seharusnya seorang pemuda Islam, punya mimpi besar. Bangunlah mimpi yang bisa menjadi pendorong bagi kita untuk memberikan yang terbaik bagi Islam.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar