Kamis, 26 Mei 2016

Pengertian Dzikir Dan Keutamaanya

Dzikir merupakan salah satu perintah dalam Al-Qur’an, yang pelaksanaanya bisa dengan berbagai cara, seperti dzikir sehabis shalat, ketika bekerja, dan lain-lain. Di dalam dzikir, terkandung hikmah yang besar, yang apabila dilakukan secara tulus dan ikhlas dapat membantu pengamalnya (terutama ibu hamil) menjadi pribadi yang baik, serta dikaruniai anak yang shalih dan shalihah.


Kata dzikir berarti menyebut , mengucap, memuji, dan mengingat Allah Swt. Dzikir sangat dianjurkan oleh Allah karena termasuk sarana mendekatkan diri kepada-Nya.

Allah berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman. Berdzikirlah (dengan menyebut nama) Allah, dzikir yang sebanyak-banyaknya.” (QS.al-al-Ahzab [33]:41).

Selain ayat tersebut, Allah Swt juga memperingatkan umat Islam agar jangan terlalu sibuk bekerja dan mengurus anak sehingga membuat kita lalai dalam berdzikir kepada-Nya. Sebab, hal tersebut sangat tidak disukai oleh Allah Swt. Dengan demikian, seseorang yang tidak berdzikir merupakan orang-orang yang rugi dalam kehidupannya.

Allah Swt. Berfirman:
“Hai, orang-orang beriman. Janganlah hartamu dan anak-anakmu melalaikanmu dari mengingat Allah. Barang siapa yang berbuat demikian, maka mereka itulah orang-orang yang merugi.” (QS.al-Munaafiquun[63]: 9)

Bagi seorang muslim, tidak sempurna ibadahnya jika belum berdzikir . dzikir merupakan salah satu bukti keshalihan seorang muslim, dan ketika melakukannya maka bertambahlah kedekatannya kepada Allah Swt. Terlebih, dzikir yang dilakukan dengan khusyuk dan penuh harap, disertai sikap khauf dan raja’ yang tinggi, penuh keikhlasan dan hanya mengharap ridha-Nya, maka orang itu akan memperoleh ketentraman dan kedamaian jiwa.

Dzikir merupakan salah satu kebiasaan yang dilakukan oleh Rasulullah Saw.,bahkan salah satu amalan hidup beliau yang tidak pernah ditinggalkan. Bagi beliau, tiada hari tanpa dzikir, dan tiada jalan hidup yang dapat lebih mendekatkan diri kepada Allah Swt, serta dapat menentramkan hari selain dengan berdzikir.

Rasulullah Saw, mengamalkan dzikir dan mengajarkannya kepada umatnya. Bukan tanpa sebab dan tanpa tujuan, bukan pula dzikir diajarkan sebagai pelengkap ibadah sehabis shalat saja. Tetapi, dzikir diajarkan oleh Allah Swt. Kepada beliau agar menjadi sarana untuk mendekatkan makhluk kepada Tuhannya.

Di dalam al-Qur’an telah disebutkan bahwa dzikir dapat dilakukan kapan dan di mana pun berada, baik secara lisan maupun hati. Mengenai ini, Allah Swt, berfirman:

“…Ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk, dan di waktu berbaring…” (QS.an-Anisa’ [4]: 103)

Dengan demikian, dzikir bagi ibu hamil dapat dilakukan sewaktu-waktu; pada malam hari, siang hari, di daratan, lautan, saat dalam perjalanan, atau ketika sedang di rumah, sementara itu, cara berdzikir sebagaimana dijelaskan oleh Syekh Ibnu Utsaimin dalam Syarah Riyadhus Shalihin, ialah dengan tiga cara, yaitu dzikir dengan hati, lisan, dan anggota badan.

Dzikir dengan hati adalah dengan merenungkan keagungan nama-nama dan  sifat-sifat Allah Swt. (seperti Asmaul Husna), serta menyelami kesempurnaan hukum-hukum dan kebesaran  ayat-ayatNya. Sedangkan dzikir dengan lisan, di antaranya membaca tasbih, tahlil, takbir, istighfar, dan lain sebagainya. Sedangkan dzikir dengan anggota badan ialah segala perbuatan yang mendekatkan diri kepada Allah Swt., seperti mendirikan shalat, ruku, sujud, dan lain-lain.

Meskipun dzikir tidak dilakukan dengan berbagai cara, namun tidak cukup bila dzikir hanya dilaksanakan dengan lisan. Tentunya, akan sangat berkurang manfaat dan keutamaannya jika ada orang yang dzikir hingga ribuan, tetapi ia tetap melakukan hal-hal yang tidak sesuai dengan aturan agama. Karena iman adalah sesuatu yang di ucapkan dengan lisan, di benarkan dengan hati dan diamalkan dalam tindakan perbuatan, maka dzikir sebagai manifestasi dari keimanan, semestinya juga dilakukan secara lahir, hati dan  dibuktikan dengan tindakan.

Maka, apabila seorang ibu hamil ingin hatinya tenang dan tenteram, yang tentunya juga berdampak bagi janinnya, berdzikir tidak hanya diucapkan dengan lisan. Akan tetapi, dzikir juga direnungkan dan dihayati dalam jiwa, kemudian termanifestasi dalam tindakan dan perilaku sehari-sehari. Inilah sebenar-benarnya dzikir mampu membuat hati seseorang dekat kepada Allah Swt., yang dampaknya bisa membawa ketentraman. Oleh karena itu, dzikir yang dilakukan tidak boleh setengah-setengah, dzikir yang diucapkan harus mampu mempengaruhi semua tindak tanduk kita. Jangan sampai di mulut melakukan dzikir dengan nyaring, tetapi tidak paham yang diucapkan. Sebab, dzikir semacam ini tidak akan membekas sama sekali di hati dan perbuatan kita.

Pada hakikatnya, dzikir dapat dilakukan oleh seluruh anggota tubuh, termasuk janin dalam kandungan. Hal tersebut seperti seluruh alam semesta berdzikir kepada Allah Swt. Allah Swt. Berfirman:
“Apakah kamu tiada mengetahui bahwa kepada Allah bersujud apa yang ada di langit, bumi, matahari, bulan, bintang, gunun, pepohonan, binatang-binatang yang melata, dan sebagian besar dari pada manusia? Dan, banyak di antara manusia yang telah ditetapkan azab atasnya. Serta, barang siapa yang hinakan Allah, maka tidak seorang pun yang memuliakannya. Sesungguhnya, Allah berbuat apa yang Dia Kehendaki.” (QS.al-Hajj [22]: 18).

Dzikir yang sering diucapkan oleh ibu hamil dapat menjauhkan diri dan anak yang di kandungnya dari azab Allah. Kelak, ketika dilahirkan ke dunia, anak tersebut menjadi anak yang pandai berdzikir, karena shalih dan shalihah. Oleh karena itu, sebaiknya, ibu hamil sering berdzikir, baik siang maupun malam dan secara lisan maupun dalam hati.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar