Kamis, 19 Mei 2016

Tips Mencetak Anak Shalih dan Shalihah dengan Al-Qur’an

Untuk memperoleh anak yang shalih dan shalihah, kita juga perlu mengetahui tips yang dapat menunjangnya. Hal tersebut bertujuan agar setiap orang tua dapat mencetak anak shalih dan shalihah secara maksimal sesuai keinginannya dan Islam. Tips mencetak Anak shalih dan shalihah terdiri dari beberapa hal, diantaranya sebagai berikut:


1. Membaca al-Qur’an dengan suara merdu 

kegiatan membaca al-Qur’an bagi ibu hamil hendaknya dilakukan dengan suara merdu atau tartil. Tujuannya agar anak dalam kandungan merasakan kemerduan suara ibunya yang sedang mengaji. Sebab, suara merdu dapat diibaratkan sebagai alunan music yang menenangkan jiwa.
Allah Swt, berfirman:

“…Dan, bacalah al-Qur’an itu dengan perlahan-lahan.”(QS.al-Muzzamil [73]:4).
Ketika memanjatkan al-Qur’an , hendaklah kita melakukan dengan volume suara yang sederhana, tidak terlalu keras dan tidak pula terlalu pelan. Sebab, seseorang yang sedang membaca ayat itu, berarti sedang berdialog dan berhadapan langsung dengan Allah Swt. Maka, sudah selayaknya bila ia merendahkan suara agar hatinya lebih khusyuk dan merasa dekat dengan-Nya. Anggota badan seluruhnya tenang, dan menjaga kebersihan, serta kesucian ruhani.

Allah Swt. Berfirman:
“Berdoalah kepada tuhanmu dengan merendahkan diri dan suara yang lembut.”(QS.al-A’raaf [7]: 55)

2. Membaca al-Qur’an dan meresapi Maknanya 

Selain membacanya, hendaknya si ibu hamil juga meresapi makna dari al-Qur’an tersebut. Tujuannya agar si anak dalam kandungannya tidak hanya paham bacaan al-Qur’an, melainkan juga mengetahui makna dari bacaan itu. Pembacaan al-Qur’an yang disertai maknanya dapat memengaruhijiwa ibu dan janin dalam kandungannya.
Lalu, bagaimana dengan ibu hamil yang tidak mengerti bahasa arab sehingga tidak mengerti pula bacaanya?

Kini, al-Qur’an beserta terjemahannya banyak di perdagangkan. Sehingga, setiap ibu hamil, meskipun tidak mengerti bahasa arab, tetap bisa membaca arti dan terjemahan ayat al-Qur’an yang dibacanya.

Kegiatan membaca al-Qur’an dan meresapi maknanya—yang  dilakukan oleh ibu hamil—juga dapat memengaruhi  anak yang dikandungnya. Hal tersebut sebagaimana dirasakan oleh ibu dari sayyid Muhammad Husein thabathaba’I, seorang anak yang hafal al-Qur’an sekaligus maknanya. Saat itu Husein berusia 5 Tahun. Berkat kecerdasan luar biasa yang dimilkinya, Husein mendapatkan gelar Doctor Honoris Causa di bidang Science of The Retention of The Holi Qur’an pada usia 7 tahun.

Kecerdasan Husein yang luar biasa menandakan keberhasilan kedua orang tuanya dalam mencetak anak shalih. Sejak Husein berada dalam kandungan, ibunya rajin membaca sekaligus meresapi makna yang terkandung dalam al-Qur’an. Hal itu sepatutnya juga dilakukan oleh para ibu hamil. Sehingga, anak-anak kita kelak menjadi anak cerdas, sehat, dan dapat menyampaikan al-Qur’an dengan baik.

3. Sering Membaca al-Qur’an

Jika sebelum hamil si ibu jarang membaca al-Qur’an, maka ketika hamil upayakan agar sering membaca al-Qur’an. Harapannya agar anak yang lahir kelak meniru orang tuanya yang rajin membaca al-Qur’an. Kegiatan membaca al-Qur’an bagi ibu hamil menimbulkan ketenangan jiwa, rasa nyaman, dan meningkatkan rasa gembira. Hal tersebut tentu juga dirasakan oleh anak yang dikandungnya.

Yesie Aprilia—seorang pakar kehamilan dan melahirkan—mengatakan bahwa selama ini kategori bayi lahir selamat dan sehat hanya berdasarkan pada fisik, belum secara mental dan spiritual. Bayi yang dikatakan sehat ialah bayi yang ketika lahir mampu menangis dengan kuat. Padahal, tangisan tersebut bunyi dan penyebabnya bermacam-macam. Bisa saja, bayi tersebut menangis karena rasa sakit, takut, atau trauma, bukan karena bahagia menyapa dunia.

Dalam hal ini, kebiasaan ibu hamil untuk membaca al-Qur’an menjadi penting, agar bayi dalam kandungannya selalu merasa senang. Dan, ketika dilahirkan ke dunia, ia lahir secara sempurna, sehat, dan menangis atas rasa bahagia.

4. Memperdengarkan dan Mendengarkan bacaan Al-Qur’an 
Memperdengarkan dan mendengarkan bacaan al-Qur’an berarti memberikan bunyi berupa bacaan al-Qur’an untuk didengarkan oleh anak yang masih berada dalam kandungan dan si ibu secara sadar. Sementara, bacaan al-Qur’an yang diperdengarkan tersebut dapat berasal dari ayah sedang mengaji atau orang lain.

Dalam hal ini, si ibu secar sengaja mendengarkan seseorang mengaji agar didengar pula oleh anak yang dikandungnya. Kegiatan mendengarkan tersebut sangat berguna bagi perkembangan emosi dan otak anak. Terlebih, jika seseorang yang membaca al-Qur’an adalah ayahnya sendiri, maka dapat meningkatkan keharmonisan keluarga. Kegiatan mendengarkan seseorang mengaji dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu secara langsung dan tidak langsung. Kegiatan mendengarkan seseorang mengaji secara langsung dilakukan ketika ada seseorang sedang mengaji dihadapan kita, baik suami atau orang lain. Sementara, kegiatan mendengarkan secara tidak langsung dilakukan melalui ponsel, tape recorder, atau pun DVD yang berisi rekaman orang mengaji.

Namun, perlu diketahui bahwa kegiatan mendengarkan orang mengaji melalui ponsel tidak boleh dilakukan dengan cara meletakan ponsel diatas perut si ibu dengan volume tinggi. Sebab, berdasarkan hasil penelitian Graven dan Browne, ponsel yang diletakkan diatas perut ibu hamildapat merusak atau menghancurkan sel-sel rambut di telinga bayi yang belum lahir. Hal ini merupakan akibat dari frekuensi posel yang sangat tinggi. Sehingga, letakkanlah ponsel atau alat semacamnya tersebut pada jarak tertentu teidak terlalu dekat maupun jauh.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar