Jumat, 03 Juni 2016

Asal Muasal Air Zam-Zam Dan Kisah Keimanan Dan Ketaqwaan Siti Hajar

Pada saat Nabi Ibrahim AS membawa Siti Hajar dan putranya menuju Makkah, Hajar dalam keadaan menyusui Ismail. Nabi Ibrahim AS menempatkan keduanya di sebuah rumah, di bawah pohon besar dekat mata air zam-zam muncul nantinya.




Pada saat itu, di Makkah tidak ada air dan seorang manusia pun. Nabi Ibrahim AS meletakkan keduanya disana, dan didekat mereka ada sebuah geribah (bejanah) yang didalamnya terdapat kurma dan bejana yang berisi air.

Setelah itu, Nabi Ibrahim AS berangkat dan diikuti oleh Hajar seraya berkata “Hai Ibrahim, kemana engkau akan pergi?, apakah engkau meninggalkan kami?, sedangkan di lembah ini tidak terdapat seorang manusia pun dan tidak ada makanan apapun?’’. Perkataan itu diucapkannya berkali-kali amun Nabi Ibrahim AS tidak menoleh sama sekali  hingga akhirnya Siti Hajar berkata “Apakah Allah menyuruhmu melakukan ini?”. “Ya”, jawab Ibrahim. Kalau begitu, kami tidak disia-siakan”. Lanjut Siti Hajar.

Setelah kepergian Nabi Ibrahim AS, Hajar tetap menyusui Ismail dan minum dari yang  tersedia  sehingga ketika air yang ada dalam bejana itu habis, ia dan juga putranya merasa haus. Ketika Hajar nelihat putranya dalam keadaan lemas, ia pergi untuk mencari air karena tidak tega melihat keadaan putranya. Ia menuju bukit Shafa, salah satu bukit yang paling dekat dengannya. Lalu ia berdiri di atas bukit itu dan menghadap lembah sambil melihat-lihat, adakah orang di sana, namun ia tidak melihat seorang pun.

Setelah itu, ia turun kembali dari bukit Shafa sehingga sampai ke tengah-tengah lembah. Hajar mengangkat bagian bawah bajunya dan kemudian berusaha keras sehingga ia berhasil melewati lembah. Lalu ia mendatangi Marwah dan berdiri disana seraya melihat-lihat adakah orang disana. Ia lakukan hal itu sampai tujuh kali.

Setelah mendekati Marwah, ia mendengar suara yang menyeruhkan “Diam”. Lalu Hajar mencari suara tersebut hingga akhirnya ia berkata “Aku telah mendengarmu, apakah engkau dapat memberikan bantuan?”. Ternyata sumber air itu dari malaikat. Lalu malaikat itu mengais-ngais tanah hingga akhirnya muncul air. Siti Hajar pun mendatangi air tersebut dan mengisi bejananya dengan air dan kemudian menemui anaknya.

Kemudian malaikat berkata kepadanya “Janganlah engkau takut disia-siakan, karena disini akan dibangun sebuah rumah oleh anak ini bersama dengan bapaknya, dan sesungguhnya Allah tidak akan menyia-nyiakan keluarga-Nya”.

Singkatnya, dengan adanya mata air zam-zam tersebut, dalam waktu singkat , tempat tersebut menjadi satu perkampungan yang kemudian terus membesar, sampai Makkah saat ini, yang didatangi oleh jutaan manusia dari berbagai penjuru dunia.

Dalam kejadian ini Rasulullah SAW bersabda: “Semoga Allah memberikan rahmat kepada ibunya Ismail, seandainya ia tidak menciduk air zam-zam, niscaya air zam-zam itu hanya menjadi sumber air yang terbatas”.

Hikmah Kisah 
Keimanan dan ketakwaan Siti Hajar dalam kisah ini diabadikan oleh Allah menjadi salah satu rukun yang wajib dilakukan dalam ibadah haji yaitu Sa’i. Banyak sekali hikmah yang terkandung dalam rukun ibadah haji. Salah satunya adalah, dalam menikmati sebuah proses kehidupan diperlukan kesabaran yang bukan berarti diam. Dengan berlarinya Hajar diantara Shafa dan Marwah, adalah bentuk ketakwaan yang ditunjukkan melalui satu upaya (Ikhtiar) sebatas yang bisa dilakukan oleh dirinya pada saat itu.

Boleh jadi, jika kita yang dihadapkan dalam keadaan seperti itu, dalam pikiran kita, tentunya, akan sia-sia saja ia berlari kian kemari, karena pada saat itu ditinggalkan pada satu tempat dimana tidak ada seorangpun disana. Artinya, kemungkinan untuk mendapatkan  pertolongan, sangatlah kecil sekali apalagi untuk bertahan hidup. Walaupun demikian, Hajar tetap berlari kian kemari untuk mencari pertolongan. Kejadian ini  juga memberikan kesimpulan kepada kita, bahwa, Hajar sendiri tidak pernah tahu kapan dan dimana pertolongan itu akan datang. Seandainya ia tahu, pastilah ia tidak akan berlari-lari, mungkin ia akan diam saja menunggu pertolongan itu. Tetapi dalam kisah ini, ia tidak kapan pertolongan itu akan datang, namun ia meyakini betul jika ia terus berusaha, maka Allah tidak akan menyia-nyiakan hasil usaha dirinya.

Hal ini semakna dengan ayat:”Barangsiapa yang bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar. Dan memberinya rezeki dari arah yang tiada disangka-sangka…”.

MUTIARA HIKMAH 
Hadapilah kenyataan yang seakan-akan
Tidak ada jalan keluar darinya.

Anda kelak akan menjumpai di dunia ini hal-hal yang Anda tidak mampu mengubahnya
Tetapi hanya mampu berinteraksi dengan-Nya dengan berbekal kesabaran dan iman.
“Sesungguhnya Aku berlindung dari padamu kepada Tuhan Yang Maha Pemurah, jika kamu seorang yang bertakwa”. (QS. Maryam: 18)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar