Jumat, 03 Juni 2016

Kisah Musa Dan Keluarga, Ketika Celana Cingkrang, Jenggot dan Cadar Mengharumkan Indonesia

Sejak bertahun-tahun lalu, dan ini tidak dipungkiri lagi telah terjadi, ada semacam pembelokan persepsi terhadap beberapa syiar dan simbol ajaran agama Islam. Syariat, syiar dan simbol yang seharusnya mulia dan dimuliakan, ternyata menjadi olok-olok oleh sebagian orang yang tak bertanggung jawab.


Salah satunya adalah jenggot dan cadar, dengan tambahan celana cingkrang dan jidat hitam. Tidak hanya olok-olok, keempat tanda itu bahkan disempitkan lagi menjadi ciri tak tertulis bagi para pelaku teror. Artinya, para pelaku teror pasti tidak jauh-jauh dari orang yang bercelana cingkrang, berjenggot lebat dan berjidat hitam, serta istrinya memakai cadar penutup muka.

Itu semua terjadi berkat upaya gigih dari media –dan tentu saja kelompok yang bermain di belakangnya, sehingga masyarakat awam pun banyak yang tersugesti dengannya. Dan sayangnya, tidak sedikit pula orang-orang yang dianggap sebagai tokoh agama kemudian latah dan ikut-ikutan tersugesti. .
Kemunculan Musa sejak dua tahun lalu di salah satu stasiun televisi nasional, kemudian membuka banyak mata manusia. Musa, yang kala itu masih berusia 5,5 tahun, telah hafal hampir satu Mushaf Al-Quran.

Prestasi Musa kemudian meningkat ke skala lebih luas tatkala ia mengikuti Musabaqah Hifdzil Quran di Arab Saudi pada pertengahan 2014 lalu. Musa mendapat nilai 90,83, bukan prestasi yang main-main tentunya. Dan baru beberapa hari lalu, Musa mengikuti Musabaqah Hifzil Quran di Mesir. Musa, bahkan mendapat nilai 91,17. Nama Indonesia terangkat di mata dunia berkat Musa si hafidz cilik.

Banyak kalangan, baik masyarakat awam, pejabat, bahkan presiden di negeri ini memberikan pujian untuk Musa. Tentu saja pujian tersebut juga dialamatkan kepada keluarga Musa.
Dan setelah kemunculan Musa, mau tidak mau keluarganya juga kemudian menjadi dikenal oleh masyarakat luas. Banyak yang bertanya tentang bagaimana resep dan cara agar anak-anak mereka bisa seperti Musa.

Munculah ayah Musa di depan kamera. Ayah Musa, dengan celana cingkrang, jenggot dan jidat hitam menyampaikan kegiatan Musa sehari-hari. Kemudian muncul pula gambar ibunda Musa, lengkap dengan gamis hitam dan cadarnya, yang ikut menjelaskan resep rahasianya.

Meluruskan Pandangan
Secara tidak langsung, Musa dan keluarga dengan ciri dan simbol “teroris” yang dipaksakan, justru membuat harum nama Indonesia di mata dunia. Banyak negara dan tokoh negara lain yang terpana, serta terpesona dengan kehebatan Musa. Indonesia berhutang kepada Musa dan keluarganya.

Dari sini, semoga bisa menjadi pelajaran bagi masyarakat kita, bahwa tak ada hubungan resmi antara kegiatan terorisme dengan syiar ajaran agama Islam, entah itu jenggot, cadar ataupun yang lainnya. Justru itulah ajaran yang disampaikan oleh Rasulullah shallallahu ‘alaihi wasallam. Karena sesungguhnya Islam adalah agama yang rahmatan lil alamin, yang melarang setiap perbuatan terorisme dan ekstrimisme.

Semoga Musa, dan keluarganya, dengan celana cingkrang dan cadar penutup wajah, dengan jenggot dan jidat hitam, mampu meluruskan pandangan yang salah di mata masyarakat. Terima kasih Adek Musa.

Sumber: jurnalmuslim.com

Tidak ada komentar:

Posting Komentar